12 Mei 2009 adalah waktu dimana aku memulai kerja di PT. Pilar Makmur Utama. Sebuah industri sendal yang menjadi urutan ketiga setelah PT. Perfecta Nusa dan PT. Kencana Gemilang dalam karir ku. Tempat kerja ku tidak terlalu jauh, jadi aku selalu merasa nyaman dalam bekerja. Mungkin PT. Pilar Makmur Utama adalah jawaban dari pertanyaan yang aku panjatkan pada Tuhan.
Di PT. Pilar Makmur Utama aku bersahabat dengan Azim, senior ku yang umurnya sebaya dengan ku. Aku banyak belajar darinya. Selain masalah pekerjaan, dia pun selalu membela ku bila ada perkelahian kecil antara aku dengan rekan kerja ku yang lain.
Azim adalah rantauan dari Pekan Baru yang telah bekerja cukup lama di PT. Pilar Makmur Utama. Dia adalah salah satu teman ku yang pandai bicara dan mengelak. Pertemanan kami begitu dekat. Tidak ada sesuatu yang disembunyikan dari kami. Dan kita pun selalu blak-blakan dalam membicarakan sesuatu. Hitam-Putih kehidupan kita pernah melaluinya. Kami bahkan sering menenggak minuman keras sampai pagi bila kami telah mendapat uang gajian. Itulah kami, dua remaja nakal.
Azim tahu betul tentang aku dan begitu pun sebaliknya. Aku merasa Azim adalah sahabat sejati ku, karena susah senang kita melewatinya bersama.
Tapi hal itu berubah 180 derajat ketika Azim mengambil wanita pujaan yang aku idamkan, namanya Indah. Indah adalah seorang karyawan baru di tempat kerja kami. Dia satu bagian dengan ku, jadi aku lebih sering menemuinya.
Tubuh Indah begitu mempesona, membuat ku selalu tak berkonsentrasi saat bekerja. Aku selalu berfantasi dan membayangkan Indah sedang aku cumbu. Wangi tubuhnya membangkitkan kejantanan ku.
Jujur! Aku ingin mencumbunya bukan hanya dalam impian. Aku ingin mendapatkannya secara langsung. Aku ingin melumat bibirnya yang tipis dan takkan pernah melepaskan ciuman ku selamanya.
Tapi sepertinya aku tak akan pernah mendapatkan Indah saat itu. Karena aku selalu takut bila berhadapan dengan wanita cantik, termasuk dengan Indah. Hal itulah yang menjadi kelemahan ku bila bertemu wanita.
Azim mengetahui perasaanku terhadap Indah.Tapi ternyata, diam-diam Azim pun mengagumi Indah. Kami adalah dua sahabat yang suka pada satu wanita yang sama. Satu hal yang aku harap dari Indah adalah hanya ingin melampiaskan nafsu liar ku. Tak ada cinta yang tumbuh saat itu karena aku hanya sebatas mengagumi. Tapi dari hari ke hari hal itu berubah dan aku pun ingin mendapatkan cinta dari Indah. Aku terbius oleh aroma Indah.
Aku merasa, akulah orang yang akan mendapatkan Indah karena saingan terberat ku, yaitu Azim telah memiliki tambatan hati, namanya Salma. Jadi, mana mungkin Azim mengkhianati Salma yang telah dicintai dan dipacarinya selama dua tahun.
Azim adalah seseorang yang memegang teguh pada prinsipnya, apapun yang dia inginkan maka dia harus bisa mewujudkannya, meski pun ada beberapa orang yang tersakiti. Azim memanfaatkan kelemahan ku yang tak begitu mahir merayu dan memikat wanita. Jangankan merayu, mendekatinya pun aku tak sanggup.
Aku pernah menegurnya agar menghargai aku sebagai sahabatnya yang pertama menginginkan Indah. Tapi Azim tak menghiraukan teguran ku bahkan dia seolah sengaja mengajak bicara Indah di hadapan aku dan Salma sebelum dan sesudah jam kerja.
Tiap kali aku melihat mereka berdua bercakap seakan aku ingin memukuli Azim hingga babak belur. Tapi, apa hak ku mengganggu mereka? Karena aku hanyalah seorang pengagum bodoh yang sama sekali tidak memiliki keberanian untuk mendekati Indah.
Semakin hari hubungan mereka semakin akrab. Aku iri dan cemburu pada keakraban mereka. Azim yang beberapa yang lalu menjadi sahabat ku kini seolah telah menjadi musuh nomor satu untukku. Kelakuan Azim pada Indah selalu memancing emosi ku karena dengan sengaja memegangi tangan Indah dengan erat. Aku tak paham apa yang sebenarnya ada dalam pikiran Azim. Mengapa dia sampai tega mengkhianati cinta Salma yang benar-benar mencintainya. Apa karena Indah lebih cantik dari Salma?
Cinta memang membutakan segalanya. Azim meninggalkan Salma untuk memuaskan ambisinya mendapatkan Indah. Bahkan Azim pun telah menyakiti hati ku secara perlahan. Salma mungkin mersakan hal yang sama sepertiku yaitu sama-sama membenci hubungan mereka. Aku membenci Azim tapi Salma mencintai Azim. Aku mencintai Indah tapi Salma menbecinya. Tentu saja kami berdua pun tak menyetujui hubungan mereka.
"Biarkan sang waktu menjawab", kalimat yang sering aku ingat. Aku mengira hubungan mereka tak akan lama. Tapi ternyata , Azim benar-benar serius mencintai Indah. Aku selalu mendo'akan agar hubungan mereka cepat berakhir. Tapi, semakin lama mereka semakin mesra.
Aku yang dulu selalu menghabiskan waktu dengan tertawa terbahak bersama Azim kini semua telah berakhir. Persahabatan kami mulai retak sejak kedatangan Indah. Bahkan sampai sekarang, aku dan Azim sudah tak saling menyapa bila bertemu. Dan seolah kami sedang terlibat perang dingin. Kami saling diam tapi tidak saling membenci.
Aku sempat memberanikan diri untuk mendekati Indah. Ku ungkapkan semua perasaan ku padanya. Tapi, aku terlambat dan Indah menolak ku. Indah bilang pada ku bahwa dia telah berkomitmen dengan Azim. Karena satu minggu ke depan, Azim akan melamar Indah. Aku sempat tak percaya dengan ucapan Indah, karena Azim pun sempat mengatakan hal yang demikian kepada Salma. Apakah ini adalah taktik Azim untuk mendapatkan wanita? Begitu polosnya Indah karena telah terperangkap oleh kelicikan Azim.
Aku sempat ingin melupakan Indah ini dan tak berlarut-larut memikirkannya. Tapi ini masalah hati ku jadi aku susah untuk menghilangkannya.
Satu kemudian, ternyata Azim menepati janjinya untuk melamar Indah. Entah apa yang harus aku rasa? Karena sedih dan rasa marah bercampur jadi satu. Pernikahan mereka seolah menambah luka yang lebih dalam di hati ku. Aku sakit hati oleh kebahagiaan mereka.
Aku akui, aku kalah dan Azim memenangkan persaingan ini meski pu aku dan Salma yang menjadi korban dari pernikahan mereka.
Selamat berbahagia, musuh dan sahabat ku......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar