Kamis, 23 Agustus 2012

UPAH YANG KECIL

Upah yang kecil, tak menyurutkan niatku untuk membahagiakan istriku. Aku bercita-cita untuk tetap menemaninya sampai akhir usia. Dan aku tak ingin ada kata perceraian dalam rumah tanggaku. Aku menikahinya sekali seumur hidup.
Aku memahami betul dengan keadaanku yang sekarang yang tak jauh dari kekurangan uang, tapi itu bukan alasanku untuk terus mengeluh. Tuhan menjadikan aku hamba yang miskin. Aku percaya bahwa Tuhan akan selalu bersamaku sampai kapanpun. Dan Tuhan pun tak akan selalu membebani aku dengan cobaannya. Karena suatu hari aku pasti bisa bahagia.
Istriku, bersabarlah! Aku memang ini, tak sempurna dihadapmu. Jujur, saat ini aku tak memiliki uang sepeserpun di dompet. Dan tak ada sedikit tabungan sama sekali. Ku serahkan semua kepada_Mu Tuhan. Keadaan seperti ini sudah sering sekali aku rasakan. Dan mungkin memang inilah peran yang mesti aku lakukan.
Tuhan yang menetapkan semuanya, bukan aku.
Yang ada dalam otakku hanya rasa takut. Aku takut aku tak bisa memenuhi apa yang istriku ingin. Karena sudah terlalu sering aku melukainya. Banyak permintaannya yang belum aku penuhi satu pun. Aku memang bodoh dan tak berguna yang selalu merusak hari-harinya yang seharusnya bahagia. Istriku, makilah aku jika kau mau saat ini juga!