Rabu, 30 Maret 2011

WATAK KERAS


Apa pantas aku mengalah untuk membahagiakan hidupnya? meski aku selalu terluka. Ada niat aku untuk pergi meninggalkannya dan berlalu mengakhiri hubungan. Tapi karena cinta yang membuat ku bertahan, aku sudah terlanjur sayang padanya, dan juga keluarganya pun telah aku anggap sebagai keluarga ku sendiri.

Ada rasa amarah yang meraja dalam kepala ku ketika watak kerasnya tak mau pergi dalam hidupnya. Aku sudah meminta berulang kali padanya untuk segera merubah dan menghilangkan watak keras yang selalu membuat ku menangis. Apa aku salah meminta hal itu padanya?

Aku telah menjalani hubungan dengannya sejak 5 September 2007, sudah terlalu lama hati ku tertambat di hatinya, begitu pun hatinya di hati ku. Tapi, wataknya yang tidak aku suka dari dia.

Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?

Ternyata benar apa yang selalu ayah pesan kepadaku, bila aku jatuh cinta dan memiliki kekasih. Beliau kerap berpesan "cintai kekasihmu tapi jangan terlalu berlebihan". Pesan ayah selalu aku ingat tapi tidak aku laksanakan. Seharusnya aku bisa menuruti nasehat dari ayah, karena saat ini aku termakan oleh cintaku yang dalam pada seorang gadis, namanya Nazwa.


Awalnya aku beranggapan bahwa Nazwa adalah wanita yang dapat menerima dan mengerti keadaan ku. Ucapannya yang lembut kini berubah menjadi kasar. Senyum tulusnya kini hilang oleh rasa curiga yang berlebihan kepadaku. Kini Nazwa seolah menjelma menjadi seorang psychopath yang berwatak keras dan mudah sekali marah. Dulu aku yakin, bahwa Nazwa bisa merubah watak kerasnya yang dominan. Tapi semakin lama malah semakin menjadi.

Nasi telah menjadi bubur, aku terlanjur mencintainya, meski pun sifat buruknya merajai pikiran ku. Kapan sifat buruk Nazwa bisa lenyap?, sepertinya ini adalah sebuah pertanyaan yang tak ada jawabannya, atau seperti racun yang susah untuk mencari penawarnya.

Pernah suatu hari ketika aku bersama Nazwa. Ponsel ku berbunyi, dan rupanya ada panggilan masuk dari teman lama ku. Aku menjawab panggilan itu, dan kami pun berbincang cukup lama lewat ponsel. Kami saling menanyakan kabar dan menceritakan seputar pekerjaan. Sesekali aku melihat Nazwa yang berubah menjadi cemberut. Nazwa merasa kesal dengan percakapan kami yang begitu akrab, tiba-tiba Nazwa meraih ponsel yang aku genggam dan menutup perbincangan kami. Dengan spontan, aku merasa bingung atas apa yang dilakukan Nazwa pada saat itu. Tak hanya itu, Nazwa pun menghapus nomor ponsel teman lama ku di kontak ponsel. Nazwa juga menghapus beberapa nama wanita di kontak tersebut. Padahal beberapa nama itu adalah rekan kerja, saudara perempuan, teman sekolah dan tetangga ku.


Dengan penuh emosi, aku memarahi dengan apa yang telah Nazwa perbuat. Wajar saja bila Nazwa merasa cemburu tapi tidak terlalu berlebihan. Alangkah lebih baiknya bila Nazwa menanyakan terlebih dahulu tentang siapa yang tadi menelepon ku atau menanyakan satu persatu daftar nama yang ada pada kontak ponsel. Jujur! saat itu aku ingin menampar pipi Nazwa, tapi aku tak tega karena aku sudah begitu sayang pada Nazwa yang telah lama mencintai ku.

Sampai kapan Nazwa akan tetap seperti itu? Masalah kecil selalu Nazwa ungkit dan diperbesar-besarkan. Rasa curiga yang tak mau hilang dan tetap melekat dalam otaknya.

Ini hanya baru tahap berpacaran, apa lagi jika nanti berumah tangga. Bisa jadi, Nazwa menjadi istri yang melawan padaku.

Astagfirullahaladziem....

2 komentar:

  1. punya solusinya? karena masalah kita sama...

    BalasHapus
  2. berani sayang m orangnya berarti kita jg harus berani mengerti akan wataknya,,,
    tak kan scara spontan kita dapat mengubah watak..
    it butuh waktu...:-)

    BalasHapus