Sabtu, 17 Agustus 2013

SI MISKIN RENCANA

Seperti itulah orang-orang memanggil detak jantungku. Seperti manusia yang berteriak diantara panas hari ini, yang tak diberi kesempatan untuk berteduh sama sekali. Atau setidaknya, mendapat kemenangan yang kekal. Tak ada angin sama sekali di dalam kamarku. Tak ada sedikitpun yang meniup daun telingaku. Warna-warna yang kusam seolah berebut tempat dalam otak. Dan bukan gelak tawa, tapi kekecewaan yang berlebihan terpendam dalam nadi. Berdenyut dan tetap melawan. Biarlah berebut, biarkan merenggut rahasia besar dalam lubuk hati yang mati, yang tersendiri. Memang kata-kataku tak masuk akal dan sembarangan, tapi inilah sebuah keadaan yang terhimpit diantara dua buah pendapat. Raja yang berkulit hitam atau ratu yang bermata biru pun takkan mampu hadir dihadapanku. Aku begitu sulit untuk ditemukan. Para pengemis berlomba mencari nafkah, tapi aku adalah si miskin yang rajin menghambur-hamburkan uang meskipun tak terbeli nasi esok pagi. Seribu perak di sakuku sudah cukup membuatku tertawa. Ah Sudahlah, inilah kegemaranku. Boros !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar