Jumat, 12 Agustus 2011

ANTARA AKU, DEDAUNAN DAN REMBULAN

Daun-daun tak sanggup bergoyang pada malam ini. Mungkin karena melihat cahaya bulan yang begitu cemerlang. Akupun takjub dan terkadang tak henti ucapkan nama Allah. Mungkin malam ini adalah purnama bagi bulan yang suci.

Entah apa yang membuat dedaunan terdiam. Mungkin mereka tengah berzikir dalam khusyu menyebut nama Allah.

Semakin larut malam ini, semakin aku mengagumi keindahan bulan malam ini. Cahayanya memusnah sepiku dan menemaniku yang terduduk sendiri di teras rumah. Seolah aku ingin memeluk bulan malam ini. Purnama yang sempat menghilang kini hadir pada pandanganku yang mulai remang-remang.

Daun-daun terus menerus menatapku tapi tetap saja tak menyapaku. Dan mereka pun seakan lupa dengan namaku. Kami saling diam, seperti aku dan ibuku.

Ah sudahlah, hal itu tak perlu diungkit di depan bulan. Aku malu pada sinarnya. Takkan pernah aku menyalahkan waktu atau keadaan. Dan yang pasti, malam ini aku tengah berbagi kisah pada dedaunan dan rembulan.

Secara tiba-tiba, aku ketakutan. Apakah aku dapat memenuhi janjiku pada seorang yang telah menemaniku lebih dari 4 tahun!? Kerap aku memikirkan hal tersebut, bukan hanya pada hari ini tapi juga pada hari kemarin. Bulan, maafkan aku! Aku menangis di indahnya malammu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar