Kecamatan : Senen
Kelurahan : Kwitang
Kegiatan : Penataan K-5
Berlokasi di kawasan Segi Tiga Emas Senen, keberadaan PKL Buku
Bekas di Jalan Kwitang, sudah lama membuat gerah Pemerintah Kota Jakarta
Pusat. Pasalnya, PKL tidak saja menguasai trotoar yang menjadi milik
pejalan kaki. Tapi sudah berani menggelar buku-buku dagangan mereka ke
tengah jalan.
Muara Jalan Kwitang tersumpal. Akibatnya
berantai, kemacetan tidak saja terjadi di Kwitang. Melainkan sampai
jauh ke Jalan Kramat Raya dan bahkan Salemba. Keadaan itu tidak bisa
dibiarkan terus. Kepentingan publik jadi terganggu, kata Sylviana
Murni, Walikota Jakarta Pusat.
Kepada Hidayatullah, Camat
Senen dan Muchlis, Lurah Kwitang, Sylvi kemudian meminta kedua pejabat
itu berkoordinasi dengan Kasudin Tramtib Jakarta Pusat untuk melakukan
penertiban. Instruksi Sylvi, seperti yang kemudian diungkapkan
Hidayatullah kepada Pelita, sangat jelas, penertiban harus tuntas.
Apa artinya?. Maksudnya, setelah dilakukan penertiban, PKL buku
tidak boleh lagi kembali berjualan di tempat itu, kata Hidayat.
Selama belasan tahun ini, PKL buku Kwitang sudah berulangkali
ditertibkan. Tapi setiap kali selesai penertiban, setiap kali pula PKL
kembali. Sylvi bisa memahami hal itu karena bursa buku bekas Kwitang
sudah terlanjur kondang. Banyak pelajar dan mahasiswa merasa terbantu
karena mudah mencari buku di situ. Namun Sylvi jadi gusar karena selain
aktivitas PKL itu sudah sangat mengganggu kelancaran lalu lintas, juga
dia menemukan fakta, banyak buku baru yang dijual di situ. Sumbernya
dari toko-toko buku. Bahkan ada yang didrop langsung dari percetakan.
Fakta itu membuktikan bahwa PKL buku di Kwitang bukan PKL biasa.
Paling tidak, lokasi itu sudah dimanfaatkan oleh oknum-oknum pedagang
yang secara finansial sebenarnya mampu membeli atau menyewa toko. Sylvi
pun menjatuhkan vonis : gusur!
Itulah yang dilakukan Hidayat
dan Muhlis. Dengan dukungan penuh dari walikota yang menurunkan lebih
dari 300 petugas Tramtib, seratusan PKL Buku Kwitang diminta angkat
kaki. Sebelum tindakan penataan, dengan arahan dari camat, kami sudah
melakukan sosialisasi sesuai dengan prosedur yang berlaku, kata Muhlis.
Dari catatan Muhlis, ada 130 lapak PKL buku yang menggelar dagangan
di Jalan Kwitang itu. Dari jumlah tersebut, 80 diantaranya memilih
pindah ke lantai IV Proyek Senen dan 50 lainnya ke JaCC Kebon Melati,
Tanah Abang.
Ini sesuai dengan arahan walikota yang
menginginkan PKL buku itu ditempatkan di Pusat Perdagangan. Pilihan
lokasi tersebut tidak lain adalah untuk membantu para PKL berada di
lokasi yang mudah didatangi konsumen. Sekarang Jalan Kwitang sudah
bebas PKL buku, kata Hidayat, sang camat.
Keterangan Hidayat
terkesan terlambat. Bukankah tindakan penertiban sudah terjadi sejak
September lalu?. Benar. Kalau penegasannya baru sekarang saya
kemukakan, karena penertiban di Kwitang sudah bisa saya katakan tuntas.
Tidak ada lagi PKL yang kembali. Petugas juga telah kami tarik, meski
lokasi eks PKL itu terus kami pantau, katanya.
Selama ini,
PKL memang selalu kembali. Agar tidak kembali, Pemerintah Kota Jakarta
Pusat memantek puluhan petugas tramtib paska penertiban di lokasi yang
telah dibebaskan.. Tidak dalam hitungan hari atau minggu. Tapi
berbulan-bulan. Warga Kwitang juga memberikan dukungan, antaralain,
dengan memasang spanduk yang berisi pernyataan terimakasih kepada
walikota yang telah membebaskan Jalan Kwitang dari aktivitas PKL.
Karena terus menerus diawasi tramtib, beberapa pedagang yang
awalnya main kucing-kucingan dengan petugas, akhirnya merasa rugi
sendiri tidak bisa berjualan. Satu per satu dari mereka akhirnya
bersedia menempati Lantai IV Proyek Senen dan JaCC Kebon Melati.
Kepada Pelita, Syafri
menegaskan bahwa dia dan sejumlah temannya sudah bisa menerima
kebijakan walikota yang merelokasi mereka ke Senen. Hanya saja, Syafri
meminta kebijakan penataan tidak hanya dialamatkan pada para PKL Buku
Kwitang. Tapi juga pada para PKL Buku di Terminal Senen. Syafri
menilai, keberadaan PKL Buku di Terminal menjadi salah satu sebab
pembeli enggan naik ke lantai IV. Tolong hal ini disampaikan juga ke
walikota, kata Syafri yang diikuti anggukan kepala oleh teman-temannya.
Selain mempermasalahkan PKL Buku di Terminal, para PKL di lantai IV
itu juga meminta Pemerintah Kota Jakarta Pusat mempromosikan keberadaan
mereka di lantai IV. Misalnya membantu memasang spanduk yang lebih
banyak yang isinya mewartakan perdagangan buku di Kwitang pindah ke
lantai IV Pusat Perdagangan Senen.
Sylviana Murni, Walikota
Jakarta Pusat, merespon secara positif harapan Syafri cs. Menurut
Sylvi, penataan di Senen tidak hanya berhenti pada penataan PKL Buku di
Kwitang atau PKL makanan dan minuman di Jalan Diponegoro dan Salemba.
Tapi akan dilakukan menyeluruh.
Tentang PKL Buku di Terminal, itu
nanti akan kita koordinasikan dengan pihak pengelola terminal. Itu
sudah saya agendakan. Kajian akan dilakukan secara menyeluruh dan tentu
tidak hanya PKL Buku, kata Sylvi.
Dibanding di Kwitang, di sini (Senen) masih sepi. Tapi mudahan
keadaan ini (sepi pembeli) tidak berlangsung lama, kata Syafri, eks PKL
Kwitang yang pindah ke Proyek Senen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar