Rabu, 12 Juli 2017

MISS YOU, HEAVEN !!!

Dalam hangatnya kopi hitam yang mengugurkan suhu dingin pagi ini, aku yang duduk terpaku pada kursi kayu teras rumah. Di sini bising, di sini bergemuruh, namun hatiku tetap sepi.

Pada rasa yang belum terungkap, pada senyuman yang terasa hambar setelah seseorang menyapaku yang sedang melamun. Bergejelok, lamunan ini tiba-tiba bergejolak. Terlintas sebuah nama yang dulu selalu mencurahkan isi hatinya, berbagi kisah-kisah hidup yang pernah dilewatinya. Heaven, begitulah aku panggil namanya.

Apa kabar dia sekarang !? Masih adakah namaku pada relung hatinya !?

Teringat saat kita berdua bertemu setelah satu dekade berpisah ! Kau
hadir dengan dua putramu, dan aku dengan satu putraku. Mungkin salah satu diantara kita hidup bahagia dengan pasangan masing-masing, engkau dengan superheromu, dan aku dengan bidadari tercantikku.

Pertemuan ini tergugat oleh rasa salah, rasa menyesal dan rasa penasaran karena mengapa kita berpisah pada 10 tahun lalu.

Aku yang lemah dan renta yang pada saat itu tak terlalu memperjuangkanmu. Aku tersinggung oleh ucapan Ayahmu. Namun, hal itu seolah memicu semangat untuk mewujudkan mimpi terbaik. Awalnya aku kalah dari persaingan. Akupun sempat terjatuh saat berlari, bahkan untuk berjalan saja aku sempat berjinjit. Namun, aku tak patah semangat, demi satu nama yang
memompa energi.

Aku sempat kembali mencarimu, namun tak kutemukan. Dalam nyata dalam khayalan wajahmu memudar seiring dengan tindak tandukmu yang seolah menghindar. Kita pernah bertatap muka namun tak saling bicara sore itu. Ya, sore itu, kau pergi menuju ruang kamarmu tanpa menghirau aku yang berdiri. Apa kita tak saling kenal ? bukan ! kita hanya diasingkan oleh rasa ego yang agung.

Aku berkelana telanjang kaki, mengais rezeki dalam dunia buruh. Siklus waktu seperti terbalik, aku menjadikan siang seperti malam dan malam seperti siang. Berbeda denganmu yang saat itu hanya tertuju pada buku. Oh, mungkin engkau lupa dengan sebuah kerangka mimpi yang pernah kita buat ! Ataukah kerangka itu telah rapuh ?
Jawablah dengan hati nuranimu !

Lambat laun aku semakin terhimpit oleh sebuah nama. Bergentayangan melebihi hantu. Dimanapun nama itu berada, pasti kutemui. Namun yang didapat hanya seperti debu yang terhempas sepoi angin. Kosong, tanpa hasil.

Sahabat dan teman dekat, peran lucu dan paling kejam, sang penipu dan dermawan pernah aku temui saat tak bersamamu. Mencari kabar dalam hembusan angin, meniti langkah dalam kerikil yang didapat hanya ketidakpastian. Siapa jodohku sesungguhnya Tuhan ? Apa aku harus menjadikan aliran air sebagai filosofi ?! Hening dalam berfikir, melamun dalam kalut. Tuhan, inikah rahasia_Mu ? Atau inikah ketetapan yang Kau rencanakan ?

1 komentar: