"Ah, percuma saja !" jam 01.45 sudah berlalu, tapi sepasang mata masih menunggu kabar dari dia yang sudah tiga hari menghilang. Entah kemana ?! Entah dengan siapa ?! Aku tetap cemas karena ponselnya sama sekali non-aktif ! Dimana pun engkau berada dan jika engkau mendengar maka dengarlah : "Hey, kamu dimana ? Apa kamu masih pedulikan aku ? Kamu ingat, besok kita menikah !!!?".
Beberapa hari ini hati selalu berkecamuk dan penuh tanya, " Apakah akan gagal semua rencana ini ?". Mata menangis saat aku ucap pertanyaan itu dalam hati. Tega ! Aku dibiarkannya penasaran sampai larut malam seperti ini .
15 Juni, jam 09.45 ! Aku telah didandani secantik putri raja, bahkan mungkin akulah yang tercantik hari ini. Tapi sang mempelai pria tak kunjung tiba, "ah, mungkin mereka sedang dalam perjalanan". Padahal semua tamu undangan, saudaraku dan para sahabatku sudah datang untuk menyaksikan prosesi akad nikah. Terdengar bisik-bisik di telinga, mereka kerap menggerutu perihal calon suamiku yang belum muncul. Semua orang di ruangan ini seperti panik, termasuk aku !.
Dua menit berselang, sahabatku memberikan ponselku yang aku titipkan padanya. Terdengar dering panggilan masuk dari nomor baru. "Haloooo.........", jawabku. Kemudian dengan posisi ponsel yang masih terpegang dan menempel pada telinga, ku palingkan muka dan langsung memeluk erat tubuh Ibuku yang berada di belakangku. Seketika itu ruangan langsung hening, dan hanya terdengar rintih tangisku di bahu Ibu. "Kenapa Nak ?" tanya Ibu. "Maafkan aku Ibu" jawabku sambil menangis. "Bu, Satria meninggal . . . "
Tamu undangan satu persatu kembali ke rumah mereka dan yang tersisa hanya kerabat. Rupanya aku pingsan cukup lama, dan kini aku terbaring di atas ranjangku dengan di temani Ibu yang tengah memijat-mijat lenganku. Aku merasa terpukul dengan kejadian ini, dan aku pun bingung apa yang harus ku lakukan nanti pada janin yang baru aku kandung dua bulan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar