Selasa, 20 September 2011
FILOSOFI MATI LAMPU
Mati lampu melahirkan kegelapan, kebingungan, dan kemarahan. Gelap karena biasanya terang benderang tiba-tiba menjadi tidak seperti biasa, bingung karena biasanya hanya menyetel stop kontak di beberapa dinding rumah tiba-tiba harus kesana kesini mencari batang-batang lilin. Marah, karena kewajiban membayar listrik setiap awal bulan tiba-tiba dibalas dengan kegelapan oleh PLN.
Sudah pasti kita kecewa dan marah-marah sama PLN, perusahaan negara yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan kelistrikan tersebut, acapkali kena 'semprot' dan menjadi objek caci-maki masyarakat yang rumahnya terkena mati lampu. Kalaupun kebetulan ada tetangga kita yang bekerja di PLN, pastinya dia terlibat dalam aksi caci-maki dan sinisme warga sekitar, meskipun sebenarnya dia juga tidak tahu penyebab mati lampu itu.
Fenomena mati lampu seringkali terjadi di sekitar kita, banyak alasan kenapa lampu mati, antara lain, pergantian gardu, jaringan, konsleting listrik hingga pemutusan akibat warga menunggak pembayaran. Mati lampu memang menjadi persoalan mendasar di republik ini, meskipun belum menjadi masalah nasional. Namun, terkadang kita lupa menyadari bahwa mati lampu terkadang bermakna positif.
Ketika mati lampu, yang kita lakukan adalah berkunjung ke rumah tetangga dan kumpul-kumpul di sana, apalagi kalau kita tinggal di rumah sendirian, daripada mengurung diri dalam kegelapan lebih baik singgah sejenak ke sebelah yang banyak keramaian. Di sanalah kita bergurau, bercerita, curhat, ataupun beramai-ramai bergosip tentang kinerja PLN. Bukan isi materi yang penting, justru yang terpenting adalah upaya berkumpul dalam kebersamaan, setelah sekian lama mungkin saja kita jarang bersilaturrahmi dengan tetangga, bahkan tetangga sebelah rumah kita sendiri, alasan bermacam-macam, mulai dari kesibukan pekerjaan, malu atau segan, kesempatan tidak ada. Tetapi, dengan insiden mati lampu kebersamaan itu terjalin dan silaturrahmi terbina.
Secara tidak sadar kita telah membentuk kepribadian yang tangguh dengan sebuah character building yang terbina baik, komunikasi spiritual yang kita rajut sesungguhnya telah lama tercipta dalam jiwa kita. Dimensi emosi dan spiritual telah kita ekspor dengan sangat rapih dan jernih tanpa rasa sungkan membangun sebuah kebersamaan. Meskipun momennya terkadang salah.
Maha benar Allah dengan segala ciptaan-Nya, filosofi mati lampu sesungguhnya mengajarkan kita betapa penting rajutan komunikasi dalam kehidupan, belaian spiritual dalam pandangan masa depan, dan kedipan suara hati dalam detak jantung yang kita atur...
Sudah pasti kita kecewa dan marah-marah sama PLN, perusahaan negara yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan kelistrikan tersebut, acapkali kena 'semprot' dan menjadi objek caci-maki masyarakat yang rumahnya terkena mati lampu. Kalaupun kebetulan ada tetangga kita yang bekerja di PLN, pastinya dia terlibat dalam aksi caci-maki dan sinisme warga sekitar, meskipun sebenarnya dia juga tidak tahu penyebab mati lampu itu.
Fenomena mati lampu seringkali terjadi di sekitar kita, banyak alasan kenapa lampu mati, antara lain, pergantian gardu, jaringan, konsleting listrik hingga pemutusan akibat warga menunggak pembayaran. Mati lampu memang menjadi persoalan mendasar di republik ini, meskipun belum menjadi masalah nasional. Namun, terkadang kita lupa menyadari bahwa mati lampu terkadang bermakna positif.
Ketika mati lampu, yang kita lakukan adalah berkunjung ke rumah tetangga dan kumpul-kumpul di sana, apalagi kalau kita tinggal di rumah sendirian, daripada mengurung diri dalam kegelapan lebih baik singgah sejenak ke sebelah yang banyak keramaian. Di sanalah kita bergurau, bercerita, curhat, ataupun beramai-ramai bergosip tentang kinerja PLN. Bukan isi materi yang penting, justru yang terpenting adalah upaya berkumpul dalam kebersamaan, setelah sekian lama mungkin saja kita jarang bersilaturrahmi dengan tetangga, bahkan tetangga sebelah rumah kita sendiri, alasan bermacam-macam, mulai dari kesibukan pekerjaan, malu atau segan, kesempatan tidak ada. Tetapi, dengan insiden mati lampu kebersamaan itu terjalin dan silaturrahmi terbina.
Secara tidak sadar kita telah membentuk kepribadian yang tangguh dengan sebuah character building yang terbina baik, komunikasi spiritual yang kita rajut sesungguhnya telah lama tercipta dalam jiwa kita. Dimensi emosi dan spiritual telah kita ekspor dengan sangat rapih dan jernih tanpa rasa sungkan membangun sebuah kebersamaan. Meskipun momennya terkadang salah.
Maha benar Allah dengan segala ciptaan-Nya, filosofi mati lampu sesungguhnya mengajarkan kita betapa penting rajutan komunikasi dalam kehidupan, belaian spiritual dalam pandangan masa depan, dan kedipan suara hati dalam detak jantung yang kita atur...
Selamat Datang, Sabar !
Belajarlah bersabar !!!
Meskipun banyak yang terkadang melukaimu, karena sesungguhnya itu adalah ilmu untukmu.
Langganan:
Postingan (Atom)